RSS

BAB I : Pendidikan Etika Kristen

31 Dec

KONSEP DIRI (PENGENALAN DIRI)

A.      SIAPAKAH  AKU

Menurut Sokrates seorang filsuf Yunani, hidup pada abad ke IV, ada empat pertanyaan manusia hal yang selalu ditanyakan manusia dari zaman ke zaman:

·         Apakah yang boleh saya harapkan (What may I hope)

·         Apa yang dapat saya ketahui (What can I know)

·         Apakah yang harus saya perbuat (What can I do )

·         Apakah saya (Who am I)

Dia berkata, membuat pernyataan: “Ketahuilah dirimu, sangat penting karena disitulah permulaan pengetahuan. Makna pernyataan tersebut sangat mendalam bagi manusia dan kehidupannya, apa gunanya mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak mengetahui diri sendiri. Pengetahuan bukan di luar, tetapi dimulai dari pengenalan tentang diri sendiri. Maka untuk mengetahui sesuatu, harus dimulai dari pengenalan akan diri sendiri. Pengenalan diri adalah langkah awal yang diperlukn seorang manusia untuk dapat menjalankan kehidupan ini secara efektif, berdaya guna, dan bernakma.

1.      Pengertian konsep diri.

Konsep diri dianggap sebagai komponen kognitif (pengetahuan) dari diri social secara kesluruhan, yang memberikan penjelasan tentang bagaimana seorang manusia memahami perilaku, emosi, dan motivasinya sendiri. Hal ini merupakan jumlah keseluruhan dari keyakinan individu tentang dirinya sendiri. Calhoun dan Acocella menulis bahwa konsep diri adalah, pandangan manusia tentang diri sendiri yang meliputi dimensi pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri baik secara fisik, psikis, social, intelektual, moral maupun spiritual.

Pada dasarnya konsep diri bukan merupakan factor hereditas (bawahan/keturunan), tetapi factor yang dipelajari, dan terbentuk melalui pengalaman dengan orang lain.

Konsep diri adalah gambaran yang mencakup enam (6) segi kehidupan; yaitu fisik, psikis, social, intelektual, moral, dan spiritual yang didapati dari hasil interaksi dengan orang lain dan lingkungannya.

2.      Makna Konsep Diri.

Makna konsep diri, dibahas secara ontology (hakikat) tentang keberadaan manusia yang dibatasi pada dua bagian, yaitu:

a.      Makna konsep diri menurut persfektif umum.

Seorang manusia pada usia 30 thn, belum mempunyai apa-apa, dikarenakan diusia sebelum 30 thn, manusia belum melewati tahap perkembangan psikis yang signifikan (penting/berarti) dan belum dapat mengintegrasikan (menyatukan) tiga aspek dalam dirinya yaitu :

(1)   Aku diri; Aku yang seperti aku pahami. Setiap individu mempresepsi dirinya sesuai dengan kehendaknya, setiap individu memiliki pemahaman tentang dirinya berdasarkan siapa dan apa dirinya.

(2)   Aku social: Aku yang dipahami oleh orang lain yang ada disekitar aku. Cara orang lain memahami diri sendiri, turut mempengaruhi dan membentuk persepsi individu tentang dirinya.

(3)   Aku ideal; Aku yang aku inginkan. Gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.

Komulasi dari ketiga makna konsep diri ini yang membentuk cara seseorang mengenal dan memahami dirinya. Ada orang yang kuat ‘aku diri’ atau kuat ‘aku social, dan ada juga orang yang kuat ‘aku ideal’. Ada juga orang yang hanya memiliki aku diri, tanpa memiliki aku social, Contohnya; “saya adalah saya, ya begini saja,… saya hanya ingin jadi orang biasa-biasa saja” Akhirnya jadilah ia orang yang biasa-biasa saja.

Jika tidak berhati-hati terhadap ketiga hal tersebut, maka manusia bisa salah mengenal orang lain begitu sebaliknya. Jadi menurut pandangan umum pemahaman konsep diri merupakan proses yang fluktuatif (kurang mantap/turun naik) dan berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi zaman. Pengenalan diri seseorang adalah proses dan bertahap, oleh karena itu dibutuhkan kesadaran intelektual yang berkesinambungan dan proses analis (penyelidikan) diri yang terus berlanjut.

 

b.      Makna Konsep diri menurut perspektif Kristen.

Seorang manusia tidak mungkin mengenal diri secara benar, kecuali orang tersebut mengenal Allah terlebih dahulu. Pernyataan Iman Kristen “Takut akan Tuhan, adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7). Mengenal dan menghormati Allah merupakan titik awal dari hikmat, bijaksana yang tertinggi. Berlandaskan landasan berpikir teosentris, makna konsep diri manusia menurut iman Kristen adalah sebagai berikut :

1.      Manusia adalah hasil ciptaan Allah.

a.      Ciptaan Unik. Keunikan manusia ciptaan khusus untuk maksud khusus. Manusia berkebudayaan, bersejarah, berlinguistik, berbicara, berpikir, berasa dan berkarsa. Allah menaruh potensi dalam diri manusia yang tidak ada pada binatang dan ciptaan lain.

b.      Ciptaan yang terakhir. Kalau kita lihat urutan penciptaan, setelah segala sesuatu diciptakan Allah, barulah diciptakan manusia. Ini berarti manusia diciptakan lebih tinggi daripada materi, dan diciptakan dengan tujuan ‘berkuasa’ (mengelolah/mengatur) dan menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Dalam konteks inilah manusia harus berjuang dalam kasih karunia Allah untuk menemukan kehormatan (dignity) sebagai mahluk ciptaan terakhir dan mulia.

2.      Manusia sebagai Gambar dan Rupa Allah.

Dalam Kej. 1:26-27 dinyatakan secara jelas konsep diri manusia berlandaskan gambar dan rupa Allah. Secara terminology, gambar dan rupa Allah mengacu juga kepada kata ‘peta dan teladan Allah’. Artinya Allah menganugrahkan kuasa, kemampuan sebagai representative (perwakilan) Allah untuk mengusahakan dan mengelola alam ciptaan-Nya sepanjang sejarah manusia. Ada empat cakupan makna konsep diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah,

a.      Allah adalah sumber

b.      Allah adalah tujuan hidup manusia

c.       Manusia harus meneladani Allah

d.      Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah

e.      Mnusia harus bersekutu dengan Allah (tidak bisa memisahkan diri dari Allah).

3.      Pola Konsep Diri.

a.      Konsep diri yang salah.

Orang yang memiliki konsep diri yang salah menunjukan karakterristik sebagai berikut :

(1)   Negatif terhadap kritik. Kurang mampu menerima kritik sebagai proses refleksi diri dan suka melakukan kritik secara berlebihan terhadap orang lain.

(2)   Bersikap responsive terhadap pujian. Bersikap berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.

(3)   Cenderung merasa tidak tidak disukai orang lain (perasaan subyektif bahwa setiap orang sekitarnya memandang dirinya negative

(4)   Mengalami hambatan dalam intraksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dasar-dasar konsep diri yang salah terbentuk dari dua hal :

ü  Antroposentris, yaitu manusia sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan melebihi Allah, di mana manusia memposisikan diri sebagai Allah atau mengilahkan dirinya.

ü  Egosentris, yaitu cinta diri sendiri, keinginan mementingkan dan memuaskan diri sendiri, memanfaatkan orang lain bahkan nama Allah untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri.

                        b. Konsep Diri yang benar.

1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang yang mempunya percaya diri, sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi (tidak lari dari masalah) dan percaya setiap masalah ada jalan keluar.

2. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan, sehingga ia selalu rendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau tidak meremehkan siapapun, namun selalu menghargai orang lain.

3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Menerima pujian tanpa kehilangan citra diri yang bersahaja, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku  yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.

5. Mampu memperbaikki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu mengoreksi diri sendiri sebelum mengoreksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar berguna bagi lingkungannya.

Dasar konsep diri yang benar adalah :

a.      Teosentris, yaitu menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu, tunduk pada otoritas Allah, menjalankan firman-Nya, dan hidup mengandalkan Allah.

b.      Penerimaan diri sebagai mahluk ciptaan Allah yang mulia dan terhormat.

Pengenalan diri adalah sarana untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karena kalau seseorang dapat menjawab pertanyaan “siapa saya? Maka pertanyaan selanjutnya adalah “Saya ingin menjadi apa ? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran yang dimainkan, namun dapat dicermati dalam salah satu aspek peran manusia yaitu manusia pembelajar.

 
Leave a comment

Posted by on December 31, 2013 in Christian Ethics

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
susianalie

Motivated to achieve higher dreams and goals

Sherly Margaretha

KEEP CALM and LETS GO THE BEACH

BET

Bernard English Teacher

Etha Widiyana

God is Good all the time

%d bloggers like this: